Keluarga sejahtera, bahagia bersama suami dan anak-anak adalah cita-cita semua istri di dunia ini. Tak terkecuali Ibu muda ini, sebut saja Dian (36), wanita ramah dan murah senyum dari Kota Pare. Namun siapa sangka, dibalik semua itu ia menyimpan cerita kelam. Keluarga kecil yang dulu penuh kasih sayang, kini tak lagi ia rasakan.
Suami tercinta yang dulu begitu sayang, tak disangka sering berbuat kasar pada Dian. Sering kali tamparan ataupun bogem mentah mendarat di wajah manisnya. Saat anak keduanya berusia 17 bulan, suami meninggalkan Dian berserta kedua anaknya. Setelah kepergian suaminya, kini Dian harus menjadi tulang punggung keluarga. Untuk menopang ekonomi keluarga, Dian harus kerja serabutan. Gaji dari kerja serabutan itu hanya cukup untuk makan. Untuk membelikan susu anaknya Dian masih harus hutang sana sini. Keadaan yang penuh kekurangan, pikiran suntuk dan tak tahu lagi harus kemana mencari uang. Dian dengan terpaksa harus merelakan dirinya terjun ke dunia kelam. Dengan segala keterpaksaan, Dian menghidupi dirinya dan kedua anaknya dengan peluh deritanya. “Siapa sih yang mau kerja begituan, hina dan dipandang rendah orang,” cerita Dian menerawang jauh. “Begitulah garis kehidupan, lanjut Dian bercerita, menjadi anak ke-5 dari tujuh bersaudara, menuntutnya harus menjadi wanita tangguh. Dian lahir dari keluarga yang biasa, tentu tak ingin menjadi beban ibunya dan adik-adiknya. Oleh karnanya Dian lebih memilih tinggal di salah satu penampungan di sudut kota Pare. Tiap pagi ia pulang ke rumah ibunya meski sekedar menyapa anak-anaknya dan memberinya uang jajan.
Dian sadar, kehidupannya dilembah kelam tak mungkin terus dijalaninya. Kini Dian bekerja mencari rongsokan disekitar kota Pare tempat penampungan.
Mengayuh sepeda mengelilingi kota, mencari rongsokan dijalani dengan suka cita. Mengumpulkan sedikit demi sedikit, jika sudah terkumpul, Dian mengantarkan ke pengepul. Botol minuman 1kg dihargai 1.500, sedangkan untuk kardus 1kg dihargai 1.000. Tergolong sangat murah namun ia tetap bersemangat demi anak-anaknya.
Dian berharap suatu saat nanti bisa mempunyai timbangan sendiri dan mempunyai modal untuk membeli rongsokan. Harapan yang saat ini menjadi semoganya, tetap bersemangat meski hanya pencari rongsokan.
📝 dilla
Editor: wahyu djolodong